Pangan merupakan kebutuhan utama bagi manusia. Di
antara kebutuhan yang lainnya, pangan merupakan kebutuhan yang harus
dipenuhi agar kelangsungan hidup seseorang dapat terjamin.
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang semenjak dulu hingga kini masih terkenal dengan mata pencaharian penduduknya sebagai petani. Namun, dewasa ini Indonesia justru menghadapi masalah serius dalam situasi pangan.
Pada dasarnya, permasalahan ketahanan pangan di Indonesia sebenarnya tidak perlu terjadi. Hal ini dikarenakan Indonesia sebagai negara agraris memiliki lahan yang sangat banyak dan subur, maka semestinya ketersediaan pangan surplus. Namun, yang terjadi sekarang adalah ketahanan pangan di Indonesia bermasalah, bahkan cenderung kedodoran. Ada banyak faktor, salah satunya konversi lahan pertanian yang tinggi dan tingkat pertumbuhan penduduk yang hampir tidak terkendali.
Pertumbuhan penduduk Indonesia yang pesat sepertinya tidak diimbangi dengan sarana dan prasaran yang membantu. Melihat pada kondisi global misalnya, banyaknya jumlah penduduk sekarang menjadi masalah besar. Jumlah penduduk dunia sekarang yang ketahui telah mencapai 9 miliar jiwa. Bandingkan dengan jumlah pada 50 tahun sebelumnya, yang hanya 3 miliar jiwa. Dalam kurun 50 tahun jumlah penduduk dunia meningkat pesat hingga lebih dari dua kali lipat. Di Indonesia sendiri pascasensus 2010, jumlah penduduknya mencapai 235-240 juta.
Jumlah yang sangat besar ini sepertinya tidak diimbangi dengan kemampuan lahan pertanian di Indoensia. Konversi besar-besaran lahan pertanian ke non-pertanian menambah buruk kondisi pangan di bumi Nusantara ini. Misalnya seperti mengkonversi lahan pertanian menjadi pemukiman yang menngakibatkan lahan pertanian semakin sempit. Lambat laun, kesulitan pangan mulai dirasakan oleh masyarakat Indonesia. Masyarakat miskin pun menjadi semakin merasakan kesulitan akibat menurunnya ketahanan pangan.
Keterbatasan jumlah lahan juga berakibat pada kinerja para penggarap lahan, di mana mereka hanya menggarap sedikit lahan dan kesejahteraannya menjadi tidak terjamin. Sementara, tuntutan kepada pertanian untuk menghasilkan komoditi pangan sangatlah besar mengingat populasi penduduk Indonesia yang terus meningkat. Sebagai contoh, luas lahan pertanian Indonesia sama dengan Vietnam, tetapi jumlah penduduk negara ini hampir tiga kali lipat jumlah penduduk negara itu, dan pada akhirnya setiap petani di Indonesia hanya bisa memiliki lahan yang luasnya terbatas. Meskipun 70 persen penduduk Indonesia berprofesi petani, namun rata-rata hanya memiliki 0,3 hektar lahan untuk digarap. Sehingga meskipun pertumbuhan ekonomi Indonesia dianggap pesat, kekurangan pangan dan nutrisi masih terjadi.
Selain masalah besarnya populasi dan semakin sempitnya lahan pertanian, setidaknya ada beberapa masalah ketahanan pangan yang dihadapi oleh Indonesia, antara lain: masalah sistem yang belum terintegrasi dengan baik, kesulitan untuk meningkatkan sejumlah komoditi unggulan pertanian, sistem cadangan dan distribusi serta rantai pasokan dan logistik nasional yang belum efisien, mahalnya ongkos transportasi, sering ditemuinya kasus kekurangan produksi di sejumlah daerah, dan masalah stabilitas harga. Pada dasarnya masalah ketahanan pangan merupakan masalah nasional yang perlu diperhatikan secara menyeluruh.
Masalah pangan di Indonesia sebenarnya tidak perlu terjadi apabila kelangkaan pangan bisa diatasi. Seperti diketahui, masalah komoditi pangan utama masyarakat Indonesia adalah adalah karena kelangkaan beras. Sebenarnya, dulu kelangkaan ini tidak terjadi karena tiap daerah di Indonesia tidak mengonsumsi beras saja. Makanan utama di beberapa daerah di Indonesia juga berbeda-beda. Bahan makanan utama masyarakat Madura dan Nusa Tenggara adalah jagung. Masyarakat Maluku dan Irian Jaya punya makanan utama sagu. Dan beras adalah makanan utama untuk masyarakat Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi walaupun ada juga yang menjadikan singkong, ubi dan sorgum sebagai bahan makanan utama.
Tetapi seluruh hal tersebut berubah total setelah pemerintah Orde Baru memberlakukan Swasembada Beras yang secara tidak langsung memaksa orang yang biasanya mengonsumsi bahan makanan non-beras untuk mengonsumsi beras. Yang terjadi selanjurnya adalah muncul lonjakan konsumsi beras nasional hingga saat ini. Ini akhirnya memaksa pemerintah untuk impor beras.
Padahal
jika tiap daerah tetap bertahan dengan makanan utama masing-masing maka
tidak akan muncul
kelangkaan dan impor bahan makanan pokok beras. Efek lain pun muncul akibat perubahan pola makan masyarakat Indonesia. Keberagaman komoditi pertanian yang menjadi unggulan setiap daerah di Indonesia lenyap dengan sendirinya demi program Swasembada Beras itu.
kelangkaan dan impor bahan makanan pokok beras. Efek lain pun muncul akibat perubahan pola makan masyarakat Indonesia. Keberagaman komoditi pertanian yang menjadi unggulan setiap daerah di Indonesia lenyap dengan sendirinya demi program Swasembada Beras itu.
Masalah pangan harus segera diatasi karena menyangkut kebutuhan semua orang, terutama di Indonesia. Selain itu masalah-masalah lain yang terkait dengan pangan juga diperlukan solusi segera, sebelum kesulitan pangan benar-benar terjadi.
Saat ini Indonesia mengalami krisis pangan, program swasembada pangan terutama Beras, Gandum, Kedelai, Jagung, Garam, Daging Sapi dan sebagainya.
Saat ini Indonesia mengalami krisis pangan, program swasembada pangan terutama Beras, Gandum, Kedelai, Jagung, Garam, Daging Sapi dan sebagainya.
Solusi Ketahanan Pangan di Indonesia
Menghadapi tantangan ketahanan pangan, diperlukan beberapa langkah, mulai dari peningkatan ketersediaan, stabilitas, aksesabilitas, konsumsi sehingga setiap individu dapat memiliki kesempatan yang sama dalam memenuhi pangannya.
Mungkin sulit untuk mengerem laju penduduk yang terjadi di Indonesia, dan juga menambah jumlah lahan pertanian yang ada, karena berbagai faktor dan konversi besar-besaran yang terjadi. Namun yang perlu diperhatikan dan ditindaklanjuti dari kondisi pertanian dan ketahanan pangan saat ini antara lain langkah strategis penerapan dalam menyelesaikan ketahanan pangan pada total luas lahan yang ada, serta upaya untuk fertilizer/pemupukan dan bibit unggulnya.
Luas lahan yang merupakan konversi dari sawah juga harus diperhatikan masalah tata ruangnya. Sementara itu, sistem pemupukannya harus menggunakan bahan organik dan harus diperhatikan formulanya. Selain itu, perlu diperhatikan mengenai pengelolaan kualitas serta kuantitas sumber daya manusia dan teknologi untuk kemajuan pangan dan pertanian Indonesia.
Teknologi jadi bagian penting dalam pertanian berkelanjutan dan ketahanan pangan. Teknologi memang hanya tools atau alat, tetapi perlu dipikirkan bagaimana kita dapat membantu para petani agar dapat meningkatkan kualitas produk mereka. Teknologi juga perlu diperhatikan untuk mengimbangi berkurangnya lahan pertanian.
Indonesia juga mestinya melihat contoh-contoh negara lain yang berhasil memanfaatkan lahan sempit, namun dengan teknologi yang maju mereka bisa mengatasinya. Kualitas para petani perlu juga perhatian untuk mengolah sumber daya alam yang ada. Para petani tersebut perlu diberikan pengetahuan agar mampu memajukan jumlah komoditi pertanian. Contohnya diberikan pelatihan bagi para petani agar mereka dapat memberi perlindungan lebih aman dan efektif terhadap tanaman mereka dari serangan hama, penyakit, dan lainnya.
Cara lain, bisa dengan mengembalikan lagi atau melestarikan kebiasaan makanan pokok di tiap daerah. Seharusnya masyarakat suatu daerah dibiarkan mengonsumsi bahan makanan yang biasa dikonsumsi secara turun temurun. Semua itu bisa terlaksana asalkan ada goodwill dari masyarakat Indonesia, mulai dari presiden, menteri dan seluruh rakyat untuk memanfaatkan potensi yang dimiliki. Atau dengan mengganti beras dengan bahan makanan berkomposisi sama atau lebih bergizi seperti sayur-sayuran dan umbi-umbian.
Dengan mengembangkan keunggulan komoditi pertanian yang dimiliki oleh daerah, Indonesia tidak perlu impor bahan makanan. Jumlah penduduk 240 juta dapat menjadi pasar yang luar bisa bagi Indonesia. Mungkin ekspor bisa menjadi tujuan pada akhirnya, tetapi memenuhi kebutuhan dalam negeri lebih utama yaitu dengan memanfaatkan keunggulan komoditi masing-masing daerah. Misalnya untuk memenuhi kebutuhan jagung, Jawa dapat membelinya ke Sulawesi atau Nusa Tenggara. Untuk memenuhi kebutuhan bawang maka Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan lain-lain dapat membeli ke Jawa. Jadi harus ada kekhususan komoditi pertanian di suatu daerah sebagai komoditi pertanian unggulan.
Semua upaya untuk menangani permasalahan ketahanan pangan ini harus melibatkan semua pihak. Hal ini dimaksudkan agar seluruh rencana penanganan ini dapat terlaksana dengan baik sehingga tidak ada lagi masalah pangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar