Kutu
aphid merupakan serangga super kecil (ukurannya 1/32 sampai 1/8 inci).
Walaupun kecil, tapi masih bisa dilihat dengan mata telanjang. Di
bagian mulutnya memiliki tindik penghisap. Mereka menyerang daun cabai
(dan banyak tanaman budidaya lainnya) dengan cara menghisap cairan dalam
daun, terutama pada daun muda dan pucuk. Mereka juga menyerang jaringan
batang tanaman yang lunak, “mencuri” nutrisi di dalamnya.
Berikut ini penampakan lebih jelas dari aphid:
Nah, kalau kutu kebul penampakannya sebagai berikut:
Kutu
aphid mengeluarkan zat sekresi lengket, berbau manis, yang mengundang
ketertarikan semut-semut. Oleh karena itu jika tanaman cabai Anda
dikerubungi semut (terutama di bagian pucuknya), itu bisa jadi pertanda
kalau tanaman Anda teserang hama kutu, terutama aphid. Ada hubungan
saling menguntungkan antara aphid dan semut (simbiosis mutualisme).
Dimana semut memakan zat manis yang disekresikan kutu daun, dan sebagai
“balas budi”, semut melindungi kutu daun dari pemangsa dan parasit.
Sungguh indah…
Kutu
yang sering menggagalkan pembungaan pada cabai ini bukan hanya
menyerang tanaman sayuran, melainkan juga banyak jenis tanaman lainnya,
seperti tanaman hias/bunga.
Gejala
Gejala
serangan aphid hampir mirip dengan serangan tungau, akibat cairan daun
yang dihisapnya, menyebabkan daun menjadi melengkung ke atas, keriting
(kadang memelintir ke samping), dan belang-belang. Daun seringkali
menjadi layu, menguning, dan akhirnya rontok. Berbeda dengan tungau,
kutu aphid memiliki kemampuan berkembang biak sangat cepat, karena
selain dapat memperbanyak diri dengan perkawinan biasa, hama ini juga
mampu bertelur tanpa pembuahan.
Secara umum, serangan aphid menimbulkan sejumlah dampak berikut pada tanaman:
- daun melengkung ke atas, keriput, atau memelintir
- daun berbintik-bintik
- daun menguning, layu, dan rontok
- pertumbuhan terhambat, tanaman menjadi kerdil
- tunas dan percabangan tidak berkembang
- tanaman gagal berbunga, sehingga produktivitas/hasil panen sangat rendah
Seperti
yang Sahabat Organik saksikan pada gambar 4 di atas, tanaman mitra kami
di Kaltim ini nampak kerdil dan daun keriput, melengkung ke atas. Hal
ini disebabkan cairan daun dihisap terus menerus oleh si kutu. Dasar kutu…!
Dampak Lebih Jauh
Kerugian
yang diakibatkan serangan kutu daun cukup besar, di mana bisa
menurunkan hasil panen, walaupun memang jarang menyebabkan tanaman mati.
Dampak lainnya, air liur kutu aphid merupakan racun bagi tanaman, di
mana tanaman seolah-olah merasakan “sakit”. Barangkali bisa diibaratkan
bagaimana kita merasakan gatal dan panas tersengat saat digigit kutu
ranjang alias tumbila… hehehe…
Celakanya,
aphid bukan sekedar pencuri nutrisi tanaman, melainkan juga sering
menjadi vektor/penular penyakit dari ratusan virus tanaman, termasuk
virus kuning/gemini. Aphid juga memberi kontribusi terhadap penyebaran
penyakit busuk daun (Phytophthora infestans) pada banyak jenis tanaman,
misalnya pada kentang.
Kutu
aphid menyebarkan penyakit dengan cepat, karena mereka sering berpindah
dari satu tanaman ke tanaman lain, terutama di malam hari.
Pengendalian
Aphid
memang sering bikin petani kesal, karena mereka sulit disingkirkan. Mau
ditinju, tubuh mereka kekecilan… mau ditindes, jumlah mereka terlalu
banyak… hehe. Sedangkan penyemprotan dengan pestisida kimia semakin hari
semakin tidak efektif, di samping harganya yang terus meroket. Lantas,
apa yang mesti kita lakukan?
Ada
beberapa kiat (secara perilaku) yang membantu mengurangi intensitas
serangan aphid, walaupun mungkin tidak sepenuhnya tuntas.
- Periksa daun tanaman Anda secara teratur, untuk memastikan tanda-tanda kutu daun. Carilah kelompok kutu yang bergerombol di balik daun, terutama pada pucuk dan daun muda, serta pada daun yang terlihat menggulung dan keriput.
- Jika populasinya masih sedikit, tindes saja kutu daun dengan tangan (gunakan sarung tangan).
- Bisa juga menyemprotkan air bertekanan tinggi ke tanaman, sehingga dapat mencuci dan melemparkan aphid, namun cara ini tidak efektif diterapkan di ladang pertanian.
- Jika memungkinkan, jangan menanam tanaman yang dapat menarik semut di lahan budidaya Anda, seperti melon, rambutan, dll. Seperti telah dijelaskan, semut akan memakan pemangsa aphid. Nah, dengan demikian populasi aphid bisa tak terkendali jika pemangsanya musnah.
- Ada beberapa jenis serangga yang bisa kita manfaatkan untuk memangsa aphid, seperti kepik atau lacewings hijau. Di beberapa negara, serangga-serangga ini dapat dibeli dari toko taman atau secara online. (Baca artikelnya di sini)
- Aphid juga bisa “ditangkap” dengan menempatkan perangkap lengket berwarna kuning di dekat tanaman budidaya Anda, namun sayangnya cara ini bisa menarik lalat buah datang (dari jauh) yang justru bisa mengancam buah cabai Anda.
- Jaga lahan Anda bersih, bersihkan gulma secara rutin, gunting daun-daun dan ranting-ranting ranting cabai Anda yang terlalu rimbun atau rusak.
- Gunakan mulsa perak untuk menutup bedengan Anda. Diketahui bahwa plastik mulsa perak dapat menekan populasi hama kutu selama bulan-bulan pertama.
- Karena perilaku kutu aphid yang terus menerus menghisap cairan nutrisi pada tanaman, maka cukup realistis jika kita “mengganti” nutrisi tersebut dengan menyuplai tanaman dengan pemupukan berbahan organik secara intens.
Pengendalian dengan Insektisida Organik
Seperti
disebutkan di atas, pengendalian berbasis perilaku/budaya mungkin tidak
sepenuhnya menuntaskan serangan aphid di lahan budidaya Anda. Oleh
karena itu diperlukan solusi lain yang lebih praktis dan “beraksi
cepat”. Dalam hal ini, kami sarankan bahwa Sahabat Organik untuk
menggunakan insektisida berbasis organik, bisa dengan membelinya di
toko-toko pertanian terdekat atau secara online. Kami, Bumi Makmur
Walatra sendiri mengeluarkan produk insektisida organik yang sudah
banyak dipakai oleh petani-petani cabai di berbagai daerah di Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar