Jeritan petani dan masyarakat terkait banjir impor
pangan tampaknya tak digubris pemerintah. Buktinya, meski mengaku
sebagai negara ‘gemah ripah loh jinawi’, baru awal tahun saja barang
kebutuhan ‘perut’ yang telah masuk Indonesia dari negara lain mencapai
Rp 4 triliun.
Ironisnya, hukum pasar malah
‘jungkir-balik’--yang diduga akibat praktik kartel-- yaitu meski barang
melimpah, harga terus merangkak naik.
Di
pasar harga beras jenis IR 64 saja telah mencapai Rp 8.820/ kilogram
(kg), padahal tahun lalu masih dikisaran Rp 7.000/kg. Sementara harga
bawang putih mencapai sepertiga harga daging sapi yaitu Rp 35.800/kg.
Tak
hanya nasi, pada Januari 2013 ini, beberapa komoditas pangan masuk ke
dalam negeri dengan jumlah yang tidak sedikit. Berdasarkan data Badan
Pusat Statistik (BPS) yang dikutip Selasa (5/3), awal tahun 2013
importasi beras telah mencapai 46 ribu ton atau 22,9 juta dollar (Rp
217,6 miliar). Negara importir terbesar adalah Vietnam dengan 21 ribu
ton ( 10,1 juta dollar/Rp 95,9 miliar).
Importasi
jagung Januari 2013 tercatat sebesar 335 ribu ton dengan nilai 102 juta
dollar (Rp 969 miliar). Negara terbesar pengekspor jagung adalah India
dengan 321 ribu ton atau 97,4 juta dollar (Rp 925,3 miliar). Komoditas
lain ada kedelai sebesar 54 ribu ton,biji gandum sebesar 517 ribu,
tepung mencapai 16 ribu ton dan gulatercatat 3.860 ton (lihat tabel
lengkap).
Menurut pengamatn di pasar, Ustatik,
perajin tempe, menuturkan dari akhir 2012 hingga bulan ini, harga
kedelai terus mengalami kenaikan signifikan. "Pada akhir 2012, harga
kedelai yang diimpor masih Rp 6.000 per kilogram, tetapi saat ini sudah
mencapai Rp 7.700 per kilogram," kata perempuan yang sudah 20 tahun
bekerja sebagai perajin tempe itu.
Akibat
kenaikan itu, harga kedelai 70 kilogram naik menjadi Rp 539.000 hanya
dalam waktu tiga bulan terakhir ini. Padahal, Ustatik membeli kedelai
tersebut di sebuah koperasi di Kebayoran Lama.
Deden,
salah satu penjual tempe dan tahu yang memasok produk dari Ustatik,
mengaku terpaksa sedikit menaikkan harga tempe yang dijual per 500 gram
dengan harga Rp 6.000. Tempe dengan 300 gram dijual Rp 5.000. Harga tahu
per potong seberat 300 gram naik dari Rp 2.500 menjadi Rp 3.000.
"Saat
ini, harga dari perajin untuk 300 gram dijual Rp 5.000 dari sebelumnya
Rp 4.000. Saya hanya naikkan Rp 1.000. Walaupun kenaikannya masih kecil,
ada komplain dari para pelanggan saya yang belum mengetahui soal
kenaikan harga tersebut," ujar Deden.
Sementara
itu, Kirno, salah satu karyawan di sebuah toko bahan pokok di Pasar
Mayestik, mengungkapkan, dalam sebulan ini harga kedelai impor dari
Kanada yang dijual pihaknya turut naik. "Harga kedelai yang kami jual Rp
12.000 per kilogram. Harga ini naik Rp 2000 bila dibandingkan dengan
tahun lalu," kata Kirno.
Kritisi dari anggota
dewan pun terus mengalir. Sebelumnya, Wakil Ketua Umum Partai Gerindra,
Fadli Zon mengatakan kebijakan impor tersebut harus dicegah. Indonesia
sebagai negara agraris tak perlu impor.
"Ada
kontradiksi dari data pemerintah sendiri. Dengan perencanaan peningkatan
target 10 juta ton pertahun, seharusnya tak perlu lagi impor beras.
Bahkan Kementerian Pertanian sendiri menyatakan produksi beras
meningkat menjadi sebanyak 39 juta ton dengan total konsumsi 34-35 juta
ton. Berarti masih ada surplus 5 juta ton," kata Fadli.
Fadli
pun mempertanyakan keputusan pemerintah tersebut. Sebab, dengan adanya
kegiatan impor beras, para petani dalam negeri justru menuai kerugian.
"Kalau sudah surplus, buat apa impor beras lagi? Ini merugikan petani
yang telah kerja keras dalam proses produksi. Jika terus-menerus impor,
harga di pasaran bisa menjadi liar. Lebih jauh, kita semakin kehilangan
kedaulatan pangan," katanya.
Atas adanya
rencana tersebut Fadli menduga ada praktek perburuan rente alias
korupsi. Karenanya,impor beras harus ditinjau ulang dan dihentikan.
Pemerintah harus membuat perencanaan yang matang dan melakukan
koordinasi intensif antara Kementerian Pertanian dan Bulog, serta
stakeholder lainnya. "Saya menduga dibalik impor beras juga seringkali
ada praktek perburuan rente alias praktik korupsi. Karena itu stop impor
beras," jelasnya.
Terpisah, Masyarakat
Agribisnis dan Agroindustri Indonesia (MAI) memperkirakan, impor produk
tanaman pangan bakal naik 11,66% tahun 2013 dibandingkan tahun lalu. Hal
ini disampaikan oleh Fadel Muhammad, selaku Ketua MAI.
Fadel
bilang, akhir tahun 2012 impor tanaman pangan mencapai nilai Rp 80,6
triliun. Jika pemerintah tak memiliki kebijakan membatasi tanaman
pangan, diperkirakan tahun 2013, impor tanaman pangan tembus sampai Rp
90 triliun. "Secara umum, pertanian kami masih bergantung impor. Kita
perlu menghentikan impor," ujarnya. Fadel menuturkan, diantara tanaman
pangan, impor paling besar adalah gandum.
Setiap
tahunnya, Indonesia mengimpor gandum sebesar 7 juta ton. Selain gandum,
Indonesia juga mengimpor beras dan kedelai. Di 2011, impor beras
mencapai 1,8 juta ton, tahun ini impor beras diperkirakan sebanyak
700.000 ton.
Begitu juga dengan kedelai, yang
diimpor mencapai 2 juta ton sampai 2,5 juta ton. "Untuk jagung
diperkirakan impor mencapai 1,5 juta ton pada 2012 karena konsumsi
jagung nasional melebihi kemampuan produksi," kata Fadel.Ironis!ins,dtf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar