Di beberapa wilayah
disinyalir banyak petani yang mengkonversi lahan pertanian pangan untuk
perkebunan sawit. Namun banyak petani yang tak banyak memahami dalam budidaya
tanaman sawit. Akibatnya perkebunn sawitnsering di anggap tidak ramah
lingkungan. Karena itu Ketua Umum Dewan Minyak Swit Indonesia (DMSI), Derom
Bangun mengingatkan, agar petani atau perusahaan perkebunan sawit lebih
meningkatkan perhatian terhadap masalah kelestarian lingkungan, terutama saat
membuka lahan.
Meski sudah ada Rountable on Sustainabel Palm Oil (RSPO)
dan Indonesia Sustainabel Palm Oil (ISPO) yang menetapkan prinsip dan kinera
pembangunan kebun sawit lestari, tapi kalangan luar negeri melihat bukan pada
penetapannya pada kebun sawit ang sudah jadi, tapi saat pembukaan lahan.
Pembukaan
Lahan
Pembukaan lahan merupakan salah satu kegiatan yang
meliputi penentuan batas areal kebun, pembersihan lahan dan penumbangan pohon.
Hal yang penting yang harus di perhatikan dalam pembukaan lahan adalah jangan
membakar seluruh bekas tebangan pohon. Sebab, pembukaan lahan tanpa bakar dapat
mempertahankan udara bebas dari
pencemaran asap. Keuntungan lainya adalah dapat meningkatkan andungan bahan
organik dan anorganik anah karena pembusukan kayu atau bekas tebangan secara
alami. Adanya kandungan tersebut secara tidak langsung meningkatkan kesuburan
tanah
Selain pembukaan lahan yang banyak pohon, kemungkinan
lainnya adalah pembukaan lahan di areal beralang-alang dan semak belukar.
Pembukaan pada areal ini harus menggunakan metode kimia. Untuk pengerjaannya
harus pihak yang berpengalaman, karena memerlukan keahlian dalam menghitung
racun alang-alang. Pembukaan lahan bisa di lakukan secara manual dam mekanis. Dengan cara manual
biasanya menggunakan chainsaw. Produktivitas menggunakan chainsaw sekitar 0,25
ha per hari kerja (HK). Artinya kuntuk membuka lahan seluas 1.000 ha diperlukan
4.000 HK. Sedangkan pembukaan lahan cecara mekanis menggunakan buldoser dan
excavator, terutama untuk menebang pohon. Produktivitas pembukaan lahan cara
ini antara 3-6 ha per HK. Namun demikina tergantung keerampilan operator.
Memilih
Benih/Bibit
Hal yang perlu di perhatkan saat menanam sawit adalah
pemilihan benih/bibit. Benih/bibit merupakan faktor penting saat membangun
kebun sawit. Kesalahan memilih bibit atau benih berakibat fatal. Petani akan
mengal tanaman akan rendah. Padahal siklus tanaman sawit cukup lama hingga 30
tahun. Dalam membeli bibit tidak boleh sembarangan. Janagn sesekali membeli
bibit melalui perantara. Petani harus membeli bibit yang sudah bersertifikat.
Kalau perlu petani meninjau langsung ke lokasi kebun induknya sebelum melakukan
pemesanan.
Di Indonesia ada 11 perusahaan sumber benih/bibit yakni,
Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), PT. Socfindo, PT. Sampoerna Agro, PT.
London Sumatera Indonesia, PT. Asian Agri, PT. Smart (Dami Mas), PT. Tania Selatan,
PT. Bakti Tani Nusantara, PT. ASD-Bakrie Oil Palm seed Indonesia, PT. Sasaran
Ehsan mekarsari (SEM), dan PT. Sarana Inti Pratama. Setelah memesan benih,
sebaiknya periksa kondisi benih/kecambah. Ada beberapa ciri kecambah yang
rusak. Pertama, kecambah yang sudah lewat umur (overgrown seed). Ciri fisiknya
terlihat setelah 14 hari sejak di kecambahkan. Lihat helaian daun di plumula
dan radikel. Biasanya terdapat rambut akar yang cukup banyak.
Kedua, kecambah tumbuh lambat, ciri2ny dapat di liat dari
kurusnya plumula berupa lambatnya pertumbuhan helaian daun dan memiliki rambut
akar yang cukup banyak. Ketiga, kerusakan benih yang secara fisik terlihat
berupa pecahnya biji atau akarnya patah. Keempat, kecambah yang terinfeksi
brown grem biasanya memiliki akar kerdil dengan warna coklat diantara plumula
dan radikula.
Pemeliharaan
Tanama
Setelah sawit di tanam, langkah selanjutnya yang harus
petani perhatikan adalah bagaimaa memelihara tanaman setelah tanam. Untuk
pemupukan, saat yang tepat menjelang akhir hujan. Aplikasi pupuk dilakukan
dengan cara menebarkan pupuk di sekeliling tanaman(diujung terluar tajuk daun).
Setelah penaburan pupuk, tutupi kembali dengan tanah. Selama pemeliharaan,
petani juga harus mengendalikan gulma yang kerap tumbuh di sekitar tanaman
sawit. Tujuan pengendalian gulma adalah menyediakan tempat tumbuh pohon sawit
yang bersih dan bebas bersaing dengan gulma. Biasanya gulma tumbuh hampir di
seluruh area perkebunan dan bersaing berebut unsur hara. Gulma juga dapat
menyumbat saluran drainase yang menyebabkan areal terendam banjir, sertamenyulitkan evakuasi
asil panen sehingga produktivitasnya menurun.
Pada tanaman yang
belum menghasilkan (TBM), pengendalian gulma harus secara teratur pada 24 bulan
pertama. Hal ini untu memastikan LCC (Legum Cover Crop) tumbuh dengan subur.
Saat TBM juga harus dilakukan pemeliharaan piringan. Area piringan (disekitar
titik tanaman) harus di jaga agar selalu bersih dari gulma atau rambatan dari tanaman penutup tanah.
Mengenal
dan Mengandalikan OPT
Organisme pengganggu tanaman (OPT), baik hama
maupunpenyakit menjadi musuh petani dalam meningkatkan produktivitas tanaman.
Ada beberapa OPT sawit yang perlu mendapat perhatian besar. Jika tidak di waspadai, alih-alih mendapatkan
untung malah rugi besar. Hama yang menyerang sawit adalah kumbang Oryctes rhinocerus, ulat api Setothose asigna, Setora nitens, Darna spp., ulat Tiratabha sp., ulat kantong Mahasena
corbetti, dan Thosea vetusa.
Sedangkan penyakit yanng patut diwspadai adalah busuk pangkal batang yang di
sebabkan Ganoderma, penyakit
antraknosa akibat Botryodiploida palmarum
dan penyakit busuk batang atas yang di sebabkan oleh jamur Fomex noxius.
Bagaimana dengan pengendaliannya...? pengendalian hama
dapat dilakukan dengan monitoring populasi hama, sehingga dapat di ketahui
kehadiran hama secara dini, selanjutnya dibuat peta yang jelas dan rincian
keberadaan hama di areal pertanaman kelapa sawit. Disamping itu,juga diamati
populasi musuh alami(parasitoid dan predaktor). “ Data tentang musuh alami
dapat digunakan untuk pengambilan keputusan dalam melakukan pengendalian hama.
Pengendalian hama secara hayati dapat di lakukan:
1. Menggunakan
jamur Metarrhizium anisopliae untuk
mengendalikan Oryctes rhinocerus.
Jamur tersebut di taburkan pada tempat yang terdapat lundi dengan dosis 20 g/m2.
2. Melepaskan
kumbang Oryctes rhinocerus yang telah
diinfeksi dengan Baculovirus agar terjadi penularan secara bersambung ke
kumbang lain yang sehat
3. Pengendalian
ulat api dengan mengkombinasikan Bacillus
thuringiensis dan predaktor Eocanthecona
furcellata. Untuk kepompong dikendalikan dengan jamur Cordyceps militaris.
4.
Melepaskan musuh alami (parasitoid dan predaktor), serta menyebarkan inokulum
jamur C.militaris pada areal
pertanaman sawit yang tidak ditemukan musuh alami ulat pemakan daun kelapa
sawit.
Pengendalian
penyakit dilakukan:
1. Monitoring
kondidi pertanaman secara teratur, sehingga dapat di ketahui jika terjadi
seranagn penyakit secara dini.
2. Dibuat
peta yang jelas dan rincian mengenai sebaran dan intensitas serangan penyakit
di arela tanaman kelapa sawit.
3. Membongkar
tanaman yang terserang dan membuang bagian tanaman yang terserang. Bekas luka
selanjutnya di tutupi dengan obat penutup luka atau di timbun tanah bilabagian
terserang tersebut adalah bagian pangkal batang atau akar.
sozanolomendrofa.blogspot,com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar