Beras hitam ini memiliki nama berbeda-beda, tergantung dimana beras
hitam tersebut berada. Di Solo, dikenal dengan Beras Wulung, di Sleman
dengan nama Cempo Ireng atau Beras Jlitheng, di Bantul disebut Beras
Melik dan di kawasan Cibeusi Subang, beras ini dikenal Beras Gadog. Jaman
dahulu konon, hanya petani istimewa saja yang ditunjuk untuk menanam
beras ini, karena khusus untuk keluarga kraton saja. Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian (BPTP) Yogyakarta siap untuk bekerjasama apabila
diperlukan.
Sampai saat ini masih belum diketahui, apakah beras hitam dengan nama
sebutan yang berbeda-beda tersebut plasma nutfahnya sama atau memang
berbeda. Yang jelas beras hitam ini memiliki keistimewaan, diantaranya
selain umur panennya yang panjang yaitu 5 bulan, mempunyai rasa nasi
enak, pulen, wangi dan memiliki kandungan mineral antosianin yang sangat
baik untuk kesehatan, sehingga bisa disamakan dengan citarasa para
bangsawan.
Bahkan orang China kuno telah mengenal beras hitam ini sebagai beras
terlarang, artinya tidak boleh sembarang orang dapat memakannya, hanya
kalangan istana dan orang tertentu saja yang boleh memakannya, karena
kaya nutrisi. Beras hitam di China saat ini berfungsi sebagai obat dan
bahan pangan, tatapi hampir punah dan sangat langka keberadaannya.
Akhir-akhir ini peminat beras hitam semakin banyak, padahal harga
beras hitam ini lebih mahal dari beras merah, apalagi beras putih.
Barangkali peluang ini dapat dimanfaatkan untuk bisnis di bidang
budidaya beras hitam, sekaligus “menguri-uri” beras peninggalan dari
nenek moyang kita sendiri agar tidak menjadi punah. Bila permintaan
pasar meningkat, tentu akan memotivasi para petani untuk menanam beras
hitam ini. Peneliti Kristamtini dari Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian (BPTP) Yogyakarta siap untuk bekerjasama apabila diperlukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar