Senin, 17 Juni 2013

Mengapa Tanman Sakit. . . ???

Mungkin ada seribu “mengapa” bila kita menelaah dari waktu ke waktu, musim ke musim, setiap tanaman yang kita budidaya selalu saja ada yang terserang penyakit. Pertanyaan “bagaimana kok bisa tanaman kita sakit?”, tentunya tak lepas dari “APA YANG MENJADI PENYEBABNYA…”.
Adalah penting bagi setiap petani untuk memahami dengan baik masalah apa yang dialami oleh tanaman yang dibudidayakannya. Jangan dulu fokus mencari obatnya, melainkan cari tau dulu akar penyebabnya, kenali dulu apa penyakitnya — sehingga dengan demikian kita tidak buang-buang biaya dengan membeli obat yang “salah” untuk menyembuhkan penyakit yang menyerang tanaman.
Secara umum, hal-hal atau faktor-faktor yang sering membuat tanaman bermasalah atau terkena penyakit dapat disimpulkan sebagai berikut:
  • terlalu banyak air
  • tidak cukup air
  • tidak cukup cahaya
  • terlalu banyak cahaya
  • media tanam bermasalah
  • jor-joran dengan pupuk kimia
  • jor-joran dengan pestisida kimia

Terlalu Banyak Air

Tanaman yang terlalu banyak diguyur air, misalnya karena curah hujan yang tinggi atau penyiraman yang berlebihan, seringkali rentan terhadap serangan penyakit, terutama cendawan. Pada tanaman hortikultura seperti cabai, tomat, dan mentimun, dampak dari berlebihan air ini akan langsung terlihat dalam hitungan hari saja. Tanaman akan menguning, busuk, dan akhirnya mati.
Situasi akan lebih parah lagi jika tanaman sampai terendam cukup lama, misalnya satu-dua hari. Bukan hanya serangan jamur yang akan mengancam, melainkan juga tanaman menjadi tersiksa karena tak bisa “bernafas”, ibaratnya manusia kalau tenggelam… tentu tak bisa nafas. Apa efeknya? mati.
Tanaman-buncis-yang-subur-dengan-pupuk-organik-POC-BMW-Leuwisari-Tasikmalaya
Tanaman buncis Bp. Oom, Leuwisari Tasikmalaya, nampak subur setelah penerapan pupuk organik cair (POC) BMW. Meskipun begitu, jika sehari saja tanaman ini terendam air, kesuburan ini mungkin akan sirna dalam beberapa hari kedepan karena tanaman akan layu dan akhirnya mati.

Tidak Cukup Air

Sama seperti manusia, tanaman tak bisa bertahan hidup tanpa air. Air adalah “sari kehidupan”. Peranan air sangat vital dan dibutuhkan dalam jumlah besar untuk tumbuh dan berkembangnya tanaman. Sebanyak 85-90 % dari bobot segar sel-sel dan jaringan tanaman tinggi adalah air (Maynard dan Orcott, 1987).
Fungsi utama air bagi tanaman antara lain:
(1) sebagai senyawa utama pembentuk protoplasma,
(2) sebagai senyawa pelarut bagi masuknya mineral-mineral tanah ke jaringan tanaman
(3) sebagai media terjadinya reaksi-reaksi metabolik,
(4) sebagai rektan pada sejumlah reaksi metabolisme seperti siklus asam trikarboksilat,
(5) sebagai penghasil hidrogen pada proses fotosintesis,
(6) menjaga turgiditas sel dan berperan sebagai tenaga mekanik dalam pembesaran sel,
(7) mengatur mekanisme gerakan tanaman seperti membuka dan menutupnya stomata, membuka dan menutupnya bunga serta melipatnya daun-daun tanaman tertentu,
(8) berperan dalam perpanjangan sel,
(9) sebagai bahan metabolisme dan produk akhir respirasi,
(10) digunakan dalam proses respirasi.
Begitu banyak peranan air pada tanaman sehingga kekurangan air yang intens akan mempengaruhi semua proses metabolik tanaman yang akan berdampak pada terhambatnya pertumbuhan tanaman dan bahkan kematian. Sekarang mari kita renungkan apa yang difirmankan Allah SWT di dalam Al Qur’an. Hal ini selaras sekali dengan apa yang ditemukan oleh para ahli.
Apakah kamu tidak memperhatikan, bahwa sesungguhnya Allah menurunkan air dari langit, maka diaturnya menjadi sumber-sumber air di bumi kemudian ditumbuhkan-Nya dengan air itu tanam-tanaman yang bermacam-macam warnanya, lalu menjadi kering lalu kamu melihatnya kekuning-kuningan, kemudian dijadikan-Nya hancur berderai-derai. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. (Qur’an, Az Zumar (39), ayat 21).
Tidak Cukup Cahaya 
Tak dipungkiri bahwa cahaya matahari adalah sumber energi utama bagi kehidupan seluruh makhluk hidup di bumi, tak terkecuali tanaman. Bagi tumbuhan khususnya yang berklorofil, cahaya sangat menentukan proses fotosintesis. Sedangkan fotosintesis adalah proses dasar pada tumbuhan untuk menghasilkan MAKANAN.  Makanan yang dihasilkan akan menentukan ketersediaan energi untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Oleh karena itu, kekurangan cahaya matahari akan mengganggu proses fotosintesis dan pertumbuhan, meskipun kebutuhan cahaya tergantung pada jenis tumbuhan. Selain itu, kekurangan cahaya saat perkembangan berlangsung akan menimbulkan gejala etiolasi, dimana batang akan tumbuh lebih cepat namun lemah dan daunnya berukuran kecil, tipis dan berwarna pucat (tidak hijau normal).
Terlalu Banyak Cahaya 
Terlalu banyak cahaya juga tidak baik, hal ini karena tanaman akan terlalu banyak kehilangan air dalam waktu cepat dan seringkali membuat tanaman stress, pertumbuhan terhambat.
Media Tanam Bermasalah  
Media tanam (lazimnya berupa tanah) tempat di mana tanaman berpijak, juga merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi sehat atau tidaknya tanaman. Contoh sederhana, jenis tanah liat akan menghambat berkembangnya akar sehingga menghambat pula bagi tanaman dalam menyerap hara, yang akan berujung pada terhambatnya pertumbuhan tanaman. Begitu pun sifat asam-basa tanah. Tanah yang terlalu asam atau terlalu basa tidak memberikan pasokan nutrisi yang optimal bagi tanaman, sehingga pertumbuhan tanaman terhambat.
Tanah yang asam bahkan cenderung mengundang cendawan/jamur penyebab penyakit pada tanaman, misalnya saja yang sering merugikan petani adalah Fusarium sp. pada cabai atau tanaman horti lainnya di mana tanaman menjadi layu seketika. Contoh lainnya adalah penyakit akar gada (Plasmodiophora brassicae) yang umum menyerang keluarga kubis-kubisan.
Tanaman cabai yang tumpur terkena layu fusarium akibat tanah asam dan pupuk kimia dosis tinggi 01
Tanaman cabai punya Bp. Aan (Tasikmalaya) yang tumpur terkena layu fusarium akibat tanah asam dan pupuk kimia dosis tinggi.
Kondisi tanah yang asam seringkali ‘investasi’ dari pemberian pupuk kimia yang terus menerus dan dalam waktu yang panjang. Sedangkan untuk memperbaiki kondisi tanah yang asam tidaklah mudah, tidak semudah membalikkan telapak tangan. Anggapan bahwa pemberian kapur pertanian atau dolomit dapat meningkatkan pH tanah atau memperbaiki tanah yang asam, hal itu pun tidak lantas menjadi solusi praktis. Diperlukan waktu yang panjang untuk mengembalikan kondisi tanah menjadi “ideal” kembali. Solusi yang lebih reliable adalah dengan secara terus menerus memperkaya ladang kita dengan bahan-bahan organik matang semisal kompos, pupuk kandang, dan lainnya.
Jor-joran Memberikan Nutrisi Kimia  
Tanaman yang terus menerus diberi nutrisi kimia alias pupuk kimia, ibaratnya ayam broiler yang gampang sakit-sakitan. Tanaman mudah terserang hama dan penyakit, karena daya tahannya rendah. Di samping itu, “rasa” dan “tekstur” tanaman (daun, batang, maupun buah) menjadi lebih disukai hama, mungkin karena terlalu “renyah” atau mudah dipenetrasi.
Dampak lain dari pemberian pupuk kimia pada tanaman secara berlebihan antara lain:
  • tanaman “terbakar”
  • tanah menjadi keras
  • terkuncinya beberapa unsur hara, sehingga tanah menjadi mandul (istilahnya “bantat”)
  • matinya mikroorganisme menguntungkan yang dibutuhkan oleh tanaman.
Dalam konsep Pertanian Organik, penggunaan nutrisi berbasis kimia sebisa mungkin dihindari, atau paling tidak diminimalkan. Memang membutuhkan waktu untuk membiasakan lahan kita dengan “makanan organik”, juga dibutuhkan keseriusan kita untuk melakukannya secara berkelanjutan.
Jor-joran Memberikan Pestisida Kimia
Hampir sebagian besar petani tidak menyadari bahwa dampak buruk racun kimia atau pestisida kimia bukan hanya pada kesehatan manusia, melainkan juga pada tanaman itu sendiri! Kebanyakan petani hanya tahu bahwa dengan menyemprotkan pestisida kimia, hama atau penyakit tanaman bisa teratasi. Benarkah demikian??
  • Menghambat pertumbuhan tanaman. Beberapa pestisida, terutama dari jenis fungisida, memberi dampak menghambat pertumbuhan tanaman. Tanaman menjadi mengeras, kaku dan tebal baik batang maupun daunnya. Alhasil tanaman menjadi kerdil atau tidak melesat pertumbuhannya sebagaimana seharusnya tanaman yang sehat. Contoh sederhana yang kami amati di sentra perkebunan cabai di Cisayong dan Leuwisari, Tasikmalaya. Menurut petani setempat, dulu pada tahun 80-an, tanaman cabai di daerah tersebut tinggi-tinggi, bisa mencapai 2 meter. Sekarang tinggi 1 meter saja masih untung. Tanaman seperti berhenti berkembang di kisaran 1 meter. Dampak dari pestisida kimia jelas nyata terlihat namun anehnya banyak petani tidak menyadarinya. why?
  • Menurunkan produktivitas.  Bukan hanya pertumbuhan terhambat, namun juga produktivitas atau hasil panen menurun drastis. Pestisida kimia, terutama yang berdaya kuat, seringkali membuat tanaman menderita; bunga sedikit dan mudah rontok, dan kualitas buah pun rendah.
  • Ketergantungan. Siapa nyana, pestisida kimia (dan juga pupuk kimia) memberi efek ‘ketergantungan’ pada tanaman. Beberapa ahli di dunia bahkan mengibaratkannya seperti halnya rokok dan narkotika. Sekali mencoba, tanaman akan ketagihan dan meminta dosis lebih tinggi dari musim ke musim. Silakan bertanya sendiri pada petani, kebanyakan mereka akan menjawab: ya!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar