Selasa, 18 Juni 2013

Impor Pangan Rp 4 T/Bulan, Harga Malah Menggila

Jeritan petani dan masyarakat terkait banjir impor pangan tampaknya tak digubris pemerintah. Buktinya, meski mengaku sebagai negara ‘gemah ripah loh jinawi’, baru awal tahun saja barang kebutuhan ‘perut’ yang telah masuk Indonesia dari negara lain mencapai Rp 4 triliun.
Ironisnya, hukum pasar malah ‘jungkir-balik’--yang diduga akibat praktik kartel-- yaitu meski barang  melimpah, harga terus merangkak naik.
Di pasar harga beras jenis IR 64 saja telah mencapai Rp 8.820/ kilogram (kg), padahal tahun lalu masih dikisaran Rp 7.000/kg. Sementara harga bawang putih mencapai sepertiga harga daging sapi yaitu Rp 35.800/kg.
Tak hanya nasi, pada Januari 2013 ini, beberapa komoditas pangan masuk ke dalam negeri dengan jumlah yang tidak sedikit.  Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang dikutip Selasa (5/3), awal tahun 2013 importasi beras telah mencapai 46 ribu ton atau 22,9 juta dollar (Rp 217,6 miliar). Negara importir terbesar adalah Vietnam dengan 21 ribu ton ( 10,1 juta dollar/Rp 95,9 miliar).
Importasi jagung Januari 2013 tercatat sebesar 335 ribu ton dengan nilai 102 juta dollar (Rp 969 miliar). Negara terbesar pengekspor jagung adalah India dengan 321 ribu ton atau 97,4 juta dollar (Rp 925,3 miliar). Komoditas lain ada kedelai sebesar 54 ribu ton,biji gandum sebesar 517 ribu, tepung mencapai 16 ribu ton dan gulatercatat 3.860 ton (lihat tabel lengkap).
Menurut pengamatn di pasar, Ustatik, perajin tempe, menuturkan dari akhir 2012 hingga bulan ini, harga kedelai terus mengalami kenaikan signifikan. "Pada akhir 2012, harga kedelai yang diimpor masih Rp 6.000 per kilogram, tetapi saat ini sudah mencapai Rp 7.700 per kilogram," kata perempuan yang sudah 20 tahun bekerja sebagai perajin tempe itu.
Akibat kenaikan itu, harga kedelai 70 kilogram naik menjadi Rp 539.000 hanya dalam waktu tiga bulan terakhir ini. Padahal, Ustatik membeli kedelai tersebut di sebuah koperasi di Kebayoran Lama.
Deden, salah satu penjual tempe dan tahu yang memasok produk dari Ustatik, mengaku terpaksa sedikit menaikkan harga tempe yang dijual per 500 gram dengan harga Rp 6.000. Tempe dengan 300 gram dijual Rp 5.000. Harga tahu per potong seberat 300 gram naik dari Rp 2.500 menjadi Rp 3.000.
"Saat ini, harga dari perajin untuk 300 gram dijual Rp 5.000 dari sebelumnya Rp 4.000. Saya hanya naikkan Rp 1.000. Walaupun kenaikannya masih kecil, ada komplain dari para pelanggan saya yang belum mengetahui soal kenaikan harga tersebut," ujar Deden.
Sementara itu, Kirno, salah satu karyawan di sebuah toko bahan pokok di Pasar Mayestik, mengungkapkan, dalam sebulan ini harga kedelai impor dari Kanada yang dijual pihaknya turut naik. "Harga kedelai yang kami jual Rp 12.000 per kilogram. Harga ini naik Rp 2000 bila dibandingkan dengan tahun lalu," kata Kirno.
Kritisi dari anggota dewan pun terus mengalir. Sebelumnya, Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Fadli Zon mengatakan kebijakan impor tersebut harus dicegah. Indonesia sebagai negara agraris tak perlu impor.
"Ada kontradiksi dari data pemerintah sendiri. Dengan perencanaan peningkatan target 10 juta ton pertahun, seharusnya tak perlu lagi impor beras. Bahkan Kementerian Pertanian sendiri menyatakan  produksi beras meningkat menjadi sebanyak 39 juta ton dengan total konsumsi 34-35 juta ton. Berarti masih ada surplus 5 juta ton," kata Fadli.
Fadli pun mempertanyakan keputusan pemerintah tersebut. Sebab, dengan adanya kegiatan impor beras, para petani dalam negeri justru menuai kerugian. "Kalau sudah surplus, buat apa impor beras lagi? Ini merugikan petani yang telah kerja keras dalam proses produksi. Jika terus-menerus impor, harga di pasaran bisa menjadi liar. Lebih jauh, kita semakin kehilangan kedaulatan pangan," katanya.
Atas adanya rencana tersebut Fadli menduga ada praktek perburuan rente alias korupsi. Karenanya,impor beras harus  ditinjau ulang dan dihentikan. Pemerintah harus membuat perencanaan yang matang dan melakukan koordinasi intensif antara Kementerian Pertanian dan Bulog, serta  stakeholder lainnya. "Saya menduga dibalik impor beras juga seringkali ada praktek perburuan rente alias praktik korupsi. Karena itu stop impor beras," jelasnya.
Terpisah, Masyarakat Agribisnis dan Agroindustri Indonesia (MAI) memperkirakan, impor produk tanaman pangan bakal naik 11,66% tahun 2013 dibandingkan tahun lalu. Hal ini disampaikan oleh Fadel Muhammad, selaku Ketua MAI.
Fadel bilang, akhir tahun 2012 impor tanaman pangan mencapai nilai Rp 80,6 triliun. Jika pemerintah tak memiliki kebijakan membatasi tanaman pangan, diperkirakan tahun 2013, impor tanaman pangan tembus sampai Rp 90 triliun. "Secara umum, pertanian kami masih bergantung impor. Kita perlu menghentikan impor," ujarnya. Fadel menuturkan, diantara tanaman pangan, impor paling besar adalah gandum.
Setiap tahunnya, Indonesia mengimpor gandum sebesar 7 juta ton. Selain gandum, Indonesia juga mengimpor beras dan kedelai. Di 2011, impor beras mencapai 1,8 juta ton, tahun ini impor beras diperkirakan sebanyak 700.000 ton.
Begitu juga dengan kedelai, yang diimpor mencapai 2 juta ton sampai 2,5 juta ton. "Untuk jagung diperkirakan impor mencapai 1,5 juta ton pada 2012 karena konsumsi jagung nasional melebihi kemampuan produksi," kata Fadel.Ironis!ins,dtf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar